menanggapi [link] dan [link]
menjalani hidup merupakan sebuah pilihan, dan juga sebuah proses pendewasaan. sempat terbersit pertanyaan yang meragukan tentang jerih payah berkuliah selama 4 tahun. apakah saya harus pergi tanpa sebuah tanggung jawab, atau saya harus bertahan walaupun ada gelisah di hati (ssah). tentu saya tidak boleh hanya diam, berserah diri pada waktu menunggu jawaban.
akhirnya saya menemukan titik agak terang, ketika saya bertanya kepada seorang teman ;si kurcil (kurator cilik, hehe);
"jadi sebenarnya kita semua hanya pemuas kebutuhan tersier orang2 kaya itu ya?"
(walaupun saya merasa seperti anak remaja yang mempertanyakan tentang agamanya (maafkan pengandaian yang terlalu berlebihan)
Karena memang, saya merasa bahwa dunia seni ini merupakan sebuah lembaga, di mana orang-orang elitis berkumpul.
tapi, ketika kita berbicara tentang efektifitas, mungkin kita bisa melihat Tisna Sanjaya. Menurut saya, ia seperti Robin hood, hmm atau si pitung. Metode ia berkontribusi adalah metode making amends. Karena selain ia memamerkan karya nya di galeri yang juga dicari-cari oleh kolektor-kolektor, ia juga memberikan sebuah kontribusi terhadap masyarakat di luar seni. Seperti, mural cigondewa, berbagai workshop, dan lain lain.
Selain itu saya melihat adanya kecenderungan berkarya yang merespon ruang. (contohnya jakarta 32 derajat, ok video, dan lain2) sempat terpikir untuk keluar dari berkarya konvensional untuk melakukan hal itu dengan argumen ingin jarak yang lebih dekat dan lebih mencangkup luas. tapi jujur, tidak mudah. karena saya terkadang miris melihat karya-karya seperti ini, yang jatuhnya 'tanggung'. (Ketika ia memaksakan sebuah karya untuk keluar galeri, namun ternyata masyarakat belum bisa menerima, dan pada akhirnya hanya menjadi sebuah objek aneh di tempat umum. jadilah sia-sia, karena tidak ada yang berhasil disampaikan).
keduanya sebuah pilihan. making amends, atau mendobrak garis batas. keduanya mempunyai resiko masing-masing. tapi satu yang yang saya pilih, saya tetap harus bertanggung jawab kepada pilihan yang telah saya buat 4 tahun lalu.
On Warm-Weather Romance
8 years ago
13 comments
Kan.. gue rasa semua orang pernah berpikir kalo pada akhirnya mereka melakuka sesuatu hanya untuk memuaskan orang lain. Yg membedakan adalah cara kita berkarya; we do it our way, or their way. Akan sangat menyedihkan kalo sampai satu kondisi dimana proses kreatif kita (gue menulis dan lo melukis) udah dipengaruhi oleh orang lain. Misalnya.. "Kalo gue nulis gini, bakal dibaca orang gak ya?" atau "Kalo gue gambar ini, orang2 pd suka gak ya?"
So i agree with Dwayne (Little Miss Sunshine), "You do what you love, and fuck the rest."
siap .
tp masalahnya adalah bentuk berkarya nya (mengutip "gue menulis dan lo melukis"). sempat terpikir untuk keluar, begituuu
sudahlah..
ketika kata konvensional dipakai, itu berarti mematuhi aturan. ketika memilih konvensional, coba telusuri kenapa sampe bisa terbentuk konvensi itu.
tapi hidup itu pilihan..
yang penting klasik atau kontemporer, konvensional atau bebas, itu ga cuma terjadi dibidang seni.
kenapa begitu banyak perbedaan pandnagan penganutnya? itulah pelajarannya..
sekali muncul sebagai bukan siapa-siapa, selamanya akan menjadi bukan siapa-siapa. sekali kandas, asal masih berdiri nginjek bumi, masih bisa dicoba lagi. up and down lah..
'lakukanlah apapun yang kau suka, karena kau akan menyesal juga pada akhirnya'
mulai jengkel. ini siapa sih? kok ky pengecut.
o_O
ya kan, kedengerannya si anonimus itu nyebelin, berkicau tak jelas.
keliatan menggurui juga. klo gw yang dpt komen bakal males juga. dia kyk membicarakan game sims aja, omongannya membebani.
bukan masalah membebani itu loh us. komen2ny gua hargai kok. cm jadi males aja ky gua bilang. pengecut
ahahaha,
ntahlah, cm doi yg tau,
biar ajalah, dia terima juga kali dibilang pengecut.
rada mengganggu si emng, tp namanya juga di internet, mau gmna lagi..
terserahlah kalau mau bilang pengecut, apa ruginya. cuma tersudut secara perasaan kok, selebihnya tak ada. jadi terserah saja
Hey kania,
Tulisan yang seru.hehehe
lagipula,
Tidak semua karya 'perlu' berbicara.
Tidak semua apresiator 'perlu' mengerti.
Tidak semua ruang 'perlu' dikuasai.
Tidak semua publik 'perlu' dirangkul.
setidaknya karya itu mungkin perlu 'mengada' untuk dirinya sendiri dulu setelah itu terserah dia.
buat si anonymous:
"sekali muncul sebagai bukan siapa-siapa, selamanya akan menjadi bukan siapa-siapa."
Memangnya apa perlunya menjadi "Siapa"?
ramai..
tapi mirisnya kania sama karya yang dia liat tanggung itu sangat bisa dipahami. gw liat humor disitu, ahahaha.
si anonimus eksis, jadi ada quote baru: "saya dibicarakan maka saya ada:
rame uy
"setidaknya karya itu mungkin perlu 'mengada' untuk dirinya sendiri dulu setelah itu terserah dia" well said ini..
semangat kania ^_^
Post a Comment